Review : Orang Kaya Baru


“Duit jikalau dikit cukup, jikalau banyak nggak cukup.”

Wahai sobat misqueen dimanapun kalian berada, pernah nggak sih kalian membayangkan nikmatnya mempunyai uang tak terbatas? Membayangkan apa saja yang bisa kalian lakukan dengan uang tersebut tanpa harus khawatir bakal menyesali saldo yang tersisa di ATM? Membayangkan seandainya keluarga kalian tiba-tiba ketiban rejeki nomplok yang tak diduga-duga asal muasalnya? Apabila kau mempunyai banyak mimpi (termasuk mimpi bisa makan yummy sepuasnya!), rasa-rasanya imajinasi semacam ini sulit terhindarkan. Lagian, siapa sih yang tidak ingin segala kebutuhannya sanggup terpenuhi secara mudah? Manusiawi kok. Saya pun cukup sering berandai-andai, “andai orang bau tanah saya ternyata tajir melintir”, meski pada kesannya dibangunkan lagi oleh kenyataan bahwa saya mesti tetap “kerja, kerja, kerja” kemudian “nabung, nabung, nabung” apabila ingin menikmati liburan selama berhari-hari di luar kota. Reality sucks, huh? Yang tak pernah disangka-sangka, sutradara kenamaan Joko Anwar (Pengabdi Setan, A Copy of My Mind) pun pernah berada di fase ini di masa lampau, di masa kecilnya. Menciptakan pengandaian sejenis demi membentengi diri dari gempuran realita kehidupan yang pahit. Sebuah pengandaian yang lantas dimanfaatkannya sebagai premis untuk membuatkan naskah film komedi bertajuk Orang Kaya Baru yang dingklik penyutradaraannya diserahkan kepada teman baiknya, Ody C. Harahap (Me Vs Mami, Sweet 20), karena Joko mempunyai kesibukan lain yakni mempersiapkan proyek akbar Gundala. 


Dalam Orang Kaya Baru, Ody beserta Joko menyoroti kekagokan sejumlah sobat misqueen dalam menyesuaikan diri dengan gaya hidup gres sesudah mereka memperoleh warisan seabrek-abrek. Sobat misqueen tersebut terdiri dari seorang ibu (Cut Mini) beserta tiga putra-putrinya; Tika (Raline Shah), Duta (Derby Romero), dan Dodi (Fatih Unru). Pada mulanya, mereka berempat bersama sang kepala keluarga (Lukman Sardi) tinggal di sebuah rumah sederhana yang letaknya berada dalam tempat padat penduduk. Guna menyambung hidup, sang ayah bekerja di bengkel sementara sang ibu berjualan kue. Meski tak dilimpahi harta yang menciptakan Tika dan Dodi acapkali dijadikan bulan-bulanan oleh teman mereka yang kaya, ada kehangatan yang bisa dirasakan dalam keluarga ini. Mereka masih bisa meluangkan waktu untuk makan malam bersama, mereka masih bisa bersenda gurau bersama, dan mereka masih bisa menghabiskan quality time bersama. Sebuah kebersamaan yang makin jarang didapat di periode serba teknologi ini. Akan tetapi, semuanya seketika berubah sesudah sang kepala keluarga menghadap ke Yang Maha Satu dan menawarkan kabar mengejutkan melalui pengacaranya: ternyata, selama ini ia mempunyai banyak harta! Sang kepala keluarga sengaja merahasiakan fakta ini dari istri dan anaknya semoga mereka lebih menghargai hidup, lebih menghargai uang, dan lebih menghargai manusia. Benar saja, sejak Tika beserta keluarganya menjadi orang kaya baru, secara perlahan tapi niscaya korelasi dalam keluarga ini tak lagi sehangat dulu.


Seperti telah tergambar melalui bahan promosinya, Orang Kaya Baru merupakan pilihan yang sangat sempurna apabila kau ingin melepas penat barang sejenak dengan bersenang-senang di dalam bioskop. Betapa tidak, ini ialah film yang mempunyai kandungan hiburan di level “cukup tinggi” dan gelak tawa berderai-derai dari penonton akan gampang terdengar di aneka macam titik. Entah itu ketika para protagonis kita masih tergolong proletar, maupun ketika protagonis kita telah berjalan beriringan bersama kaum borjuis. Alih-alih menangisi kengenesan yang dialami Tika beserta kedua saudaranya, Ody dan Joko menentukan untuk membawakannya secara santai bahkan cenderung komikal. Beberapa pola adegan yang merefleksikan ‘kengenesan’ mereka yang lucu antara lain ketika sol sepatu Dodi terlepas di depan kelas, tatkala Duta ditolak masuk ke restoran mahal alasannya ialah mengenakan kaos, hingga ketika Tika dijebak oleh teman sekelasnya sehingga terkesan nyolong ponsel cerdas. Pada titik awal ini, kandungan humornya memang tak selalu mengenai sasaran – malah ada kalanya agak meleset. Tapi Orang Kaya Baru mulai memperlihatkan giginya terhitung sejak para protagonis dalam film mengalami gegar budaya akhir ketiban durian runtuh. Kenorakan perilaku mereka yang menyentil para OKB (baca: orang kaya baru) di luar sana menciptakan saya sukar untuk duduk hening di dingklik bioskop seraya menyeruput minuman bersoda. Takut tersedak, euy! Momen emas yang menciptakan muka saya mengencang ini muncul dari adegan makan di restoran, kiriman kendaraan beroda empat mewah, serta video sang kepala keluarga.

Disamping sensitivitas Ody dalam meramu adegan komedik (well, jejak rekamnya ialah bukti konkrit bahwa ia handal menangani banyolan) serta selera humor Joko yang bagus, faktor lain yang menjadikan sederet kelucuan dalam Orang Kaya Baru sanggup berfungsi secara maksimal ialah performa jajaran pemainnya. Raline Shah bisa keluar dari zona nyamannya, Fatih Unru memperlihatkan bahwa ia memang pelawak cilik berbakat, Lukman Sardi tampil efektif dalam tugas singkatnya yang menggelitik saraf tawa, dan Cut Mini yang sekali ini tampil gila-gilaan kembali pertanda bahwa ia dikaruniai comic timing yang jempolan. Jujur, saya tidak bisa membayangkan film ini tanpa kehadiran Cut Mini alasannya ialah segala celotehan berikut polahnya ialah definisi dari istilah “pecah!”. Terkadang, saya hingga menunduk malu melihat kelakuannya alasannya ialah membayangkan ibu sendiri akan bertingkah serupa: mendadak histeris di tempat umum, melontarkan pertanyaan-pertanyaan ajaib, hingga narsis di depan kamera. Jika saya ialah Tika, Duta, atau Dodi, mungkin sudah mengambil langkah seribu secepatnya! Tapi tentu saja mereka tidak sedurhaka itu alasannya ialah mereka masih saling mengasihi satu sama lain, meski belakangan tak lagi terasa menyerupai halnya kandungan emosi dalam film yang mempunyai cita rasa hambar. Momen sentimentil yang dipersiapkan untuk menggantikan momen komedik di paruh akhir, sayangnya berlalu begitu saja tanpa menggoreskan kesan mendalam. Tak bikin hati terenyuh, tak juga mengundang air mata. Setelah dibentuk capek terbahak selama lebih dari satu jam, saya bergotong-royong agak kecewa begitu mendapati Orang Kaya Baru urung memberi hidangan epilog yang manis nan hangat. Yang kemudian mengobati rasa kecewa pada diri ini ialah rasa syukur alasannya ialah setidaknya film ini masih bisa menawarkan sajian menghibur yang memantik gelak tawa meriah.

Exceeds Expectations (3,5/5) 



0 Response to "Review : Orang Kaya Baru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel