Review : Si Doel The Movie 2
“Ada yang pengen saya tanya ke kamu. Do you still love Doel?”
“Kenapa kau tanya begitu?”
Pada penghujung Si Doel The Movie (2018) yang memperoleh resepsi memuaskan baik secara kritikal maupun finansial, penonton dibikin gregetan tatkala Sarah (Cornelia Agatha) melepas kepulangan suaminya, Doel (Rano Karno), di pelataran Bandara Schiphol, Belanda. Sarah menyerahkan sejumlah dokumen yang terbungkus rapi dalam sebuah amplop berwarna coklat seraya berujar, “ceraikan aku, Doel.” Seperti halnya penonton, Doel pun tertegun. Dia tak menduga, reuninya dengan sang istri dan pertemuan pertamanya dengan putra kandungnya yang juga berjulukan Dul (Rey Bong) diakhiri pernyataan mengejutkan yang membuat air mata mengucur. Berhubung momen ini berlangsung di menit-menit terakhir, Rano Karno yang turut bertindak selaku sutradara sekaligus penulis skenario enggan memperlihatkan konklusi melalui perilaku maupun ujaran tegas yang meluncur dari lisan si aksara tituler. Beliau menggantungkannya yang menjadikan para penggemar gemas sekaligus bertanya-tanya. Apakah ini berarti Zaenab (Maudy Koesnaedi) sanggup bernafas lega karena pesaingnya telah mengibarkan bendera putih? Oh tentu saja tidak secepat itu, Zubaidah. Beberapa detik selepas kita dihadapkan pada adegan yang menggerus hati tersebut, Rano memberi pengumuman penting: kisah berlanjut di Si Doel The Movie 2. Kegalauan Doel dalam mengindahkan usul Sarah atau mengabaikannya dijadikan sebagai landasan untuk membentuk konflik lebih besar di film yang berarti kisah cinta segitiga antara Doel, Sarah, dan Zaenab masih belum akan menjumpai solusinya dalam waktu dekat.
Benar saja, masalah cinta ketiga aksara utama ini menjadi kian merumit dalam Si Doel The Movie 2 yang sebagian besar penceritaannya mengambil kawasan di Jakarta. Zaenab yang memperoleh info dari Atun (Suti Karno) bahwa Sarah tinggal di Belanda – negara yang dikunjungi oleh Doel di film pertama – meragukan suaminya sedang menyembunyikan sebuah rahasia. Perangainya berbeda, gerak-geriknya pun acapkali janggal. Dalam hati, Zaenab membatin, “apa mungkin perubahan perilaku Bang Doel disebabkan oleh Sarah? Jangan-jangan mereka berdua memang bertemu di sana?.” Doel sendiri tidak serta merta terbuka mengenai apa yang sebetulnya terjadi kepada Zaenab. Dia hanya membuatkan kisah dengan Mandra yang menjadi saksi mata, Atun yang mengetahuinya melalui foto kiriman Mandra, serta Maknyak (Aminah Cendrakasih) yang sanggup mencicipi dari perubahan nada bicara putranya. Tapi sehabis beberapa kesempatan, utamanya selepas Mandra nyaris keceplosan dan Dul menyatakan niatnya untuk menginap di rumahnya selama liburan sekolah, Doel pun mengutaran kebenaran kepada istri sirinya tersebut. Mendengar Doel bertemu dengan Sarah, Zaenab tak sanggup menutupi kekecewaannya. Apalagi ketika ia mengetahui bahwa Sarah beserta Dul berencana menetap di Jakarta. Ditengah kekalutan hatinya ini, Zaenab lantas menetapkan untuk berjumpa dengan orang-orang terdekatnya guna meminta pendapat. Dari mereka, Zaenab yang semula terlihat pasrah pada keadaan mulai berani menyatakan sikap. Dia menolak untuk menyerahkan cintanya tanpa perlawanan lebih-lebih kali ini Zaenab memiliki alasan berpengaruh yang menyokong sikapnya.
Usai penonton menyimak pergulatan batin Sarah dalam menghadapi kembali masa kemudian yang telah dicampakkannya dalam jilid pembuka, sekarang kita diberi berkesempatan untuk menengok sudut pandang Zaenab yang sebelumnya tak terlalu mendapat banyak porsi demi memberi ruang bagi berkembangnya kisah Doel-Sarah. Selama durasi mengalun, si pembuat film memperlihatkan betapa kabar “Doel bertemu dengan istri sahnya” telah meluluhlantakkan hati Zaenab. Maudy Koesnaedi menghadirkan performa gemilang sebagai seorang wanita yang dikecewakan oleh keengganan sang pasangan dalam melupakan wanita yang telah meninggalkannya. Tengok sorot matanya, tengok pula gestur tubuhnya. Kentara terlihat, Zaenab tersakiti sekalipun ia berulang kali berujar “tidak apa-apa”. Terdapat dua adegan emas yang menegaskan seberapa pilunya aksara ini ialah 1) ketika ia berbaring di ranjang membelakangi Doel sebagai bentuk protes secara tersirat, dan 2) ketika ia memarut kelapa yang menjadikan tangannya terluka karena terlampau larut pada kesedihan. Melalui dua adegan tersebut beserta sederet interaksi antara Zaenab dengan aksara lain, sukar bagi para penggemar berat Si Doel Anak Sekolahan untuk tak bersimpati kepada Zaenab. Muncul pengharapan semoga aksara ini segera memperoleh kebahagiaannya dan Doel segera menetapkan pilihannya. Tapi bagaimana caranya? Penjabaran Maknyak mengenai sifat tidak tegas putranya serta pernyataannya mengenai poligami menjadikan masalah semakin kompleks. Ini masih belum ditambah kehadiran Dul beserta Sarah yang sangat terang masih menyayangi Doel meski sudah melayangkan surat cerai kepada sang suami.
Bagi penonton setia versi sinetron, konflik yang melingkungi ketiga aksara ini tentu memperlihatkan santapan lezat. Ada perasaan gregetan terhadap sosok Doel, tapi penonton turut dikondisikan untuk mengalami kebimbangan senada karena dua pilihan yang berada di hadapan mata Doel sama baiknya sehingga melahirkan satu pertanyaan yang terus menghantui, “siapa yang harus direlakan?”. Tapi bagi mereka yang tak pernah benar-benar terikat dengan sinetron ini – apalagi jikalau belum pernah mengikutinya – maka apa yang disajikan oleh Si Doel The Movie 2 boleh jadi membuat rasa jenuh. Maklum, laju penceritaannya tergolong pelan demi memberi membuat kesan “seperti sedang menyaksikan kehidupan orang beneran” dan narasi yang dikedepankan memang tidak memperlihatkan banyak gosip baru. Di sini, selain hendak mengajak penggemar bernostalgia lebih jauh dengan menghidupkan kembali oplet, memberi cuplikan dari versi sinetron, maupun memunculkan beberapa aksara lawas, Rano Karno cenderung ingin memperlihatkan perspektif Zaenab sekaligus pernyataan sikapnya mengenai kekerabatan asmara segitiga yang melibatkannya. Apakah ia menerimanya dengan pasrah atau ia justru kesannya memperlihatkan perlawanan demi mempertahankan seseorang yang dicintainya? Bagi saya, ini menarik. Saya juga cukup meyakini, walaupun kau mungkin kurang cocok dengan pendekatan yang ditempuh oleh Si Doel The Movie 2, kamu akan tetap sedikit banyak terhanyut ke dalamnya. Entah itu karena humor-humor lucunya yang dilontarkan oleh Mandra dengan mulutnya yang banyak cincong dan Atun yang kerap bersitegang dengan Mandra, atau karena momen-momen dramatiknya yang membuat mata berkaca-kaca berkat penampilan apik dari jajaran pemain menyerupai Maudy Koesnaedi, Cornelia Agatha, serta Aminah Cendrakasih.
Exceeds Expectations (3,5/5)
0 Response to "Review : Si Doel The Movie 2"
Post a Comment